SIMALUNGUN – Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Parapat Henry Jimmy Gultom bereaksi keras soal pencopotannya sebagai direktur di rumah sakit itu oleh Pemkab Simalungun.
Henry dicopot dari jabatannya setelah diketahui tidak berada di tempat selama masa libur lebaran tepatnya 31 Maret hingga 2 April 2025.
Namun Henry sepertinya mencoba membela diri dengan alasan keluarga, kalau anaknya menjalani operasi tumor jinak di RSU Grand Medistra, Lubuk Pakam.
Henry juga dikabarkan mengirimkan pesan WhatsApp kepada salah seorang pimpinan legislatif di Kabupaten Simalungun yang disebut dengan sapaan ‘Pak Ketua’.
Dalam pesan yang beredar, Henry menyampaikan keberatan atas pencopotannya serta memohon perlindungan politik.
Dalam isi pesannya, Henry menyebut bahwa dirinya turut berperan dalam mendukung proyek Dana Alokasi Khusus (DAK) senilai Rp17,9 miliar tahun 2024 untuk pembangunan layanan rujukan RSUD Parapat.
Ia bahkan menyebut bahwa inisiasi proyek melibatkan seorang anggota DPR RI berinisial ADK.
Henry juga menyinggung kejadian pada 2 April 2025, saat Kapolda Sumut dan rombongan berada di Parapat.
Insiden tersebut kemudian memperburuk posisi Henry, yang dinilai gagal memastikan kesiapan pelayanan medis di tengah kunjungan penting aparat kepolisian.
Pemeriksaan oleh Inspektorat Simalungun pun dilakukan pada 4 April 2025, sebelum akhirnya Henry dinonaktifkan dari jabatannya sehari kemudian.
Henry sendiri belum bisa dikonfirmasi mengenai pencopotannya sebagai direktur rumah sakit itu.
Termasuk soal keterlibatan seorang anggota DPR RI dalam menginisiasi proyek pembangunan RSUD Parapat dalam pesan WhatsAppnya yang disampaikan ke Ketua DPRD Simalungun Sugiarto.
Saat dihubungi lewat WhatsApp, hapenya tidak aktif. (Red)